50% Penelitian tidak Dapat Dipercaya! Tapi, yang mana yang salah?

15 Oktober 2022

50% Penelitian tidak Dapat Dipercaya! Tapi, yang mana yang salah?

Pada tahun 2016, 1500 peneliti menemukan bahwa lebih dari 50% penelitian yang dipublikasi tidak dapat dipercaya. Alasannya beragam, seperti tidak reproducible, analisis statistik yang kurang tepat, hingga data yang difabrikasi. Penelitian ini kemudian dipublikasi di Nature dan mendapatkan attention yang sangat tinggi, bahkan hingga sekarang. Banyak orang mulai bertanya-tanya, apakah penelitian yang mereka baca benar-benar dapat dipercaya?

Krisis kepercayaan ini bahkan kembali menjadi isu hangat pada tahun 2022. Leen et al. diduga telah melakukan fabrikasi data penelitian tentang beta-amyloid dalam patogenesis Alzheimer Disease (AD). Dampak dari fabrikasi data ini sangat besar, karena mengguncang teori patogenesis AD yang selama ini dipercaya. Selain itu, penelitian pengobatan AD yang selama ini menargetkan beta-amyloid pun menjadi sia-sia.

Kembali lagi, banyak orang bertanya-tanya, apakah penelitian yang mereka baca benar-benar dapat dipercaya?

Dari dua penelitian di atas kita dapat tarik kesimpulan bahwa tidak semua penelitian dapat dipercaya. Sehingga, pasti kita bertanya-tanya: bagaimana menilai suatu penelitian layak dipercaya atau tidak? Jawabannya adalah dengan menerapkan Evidence Based Medicine (EBM). EBM merupakan sebuah metode terintergrasi untuk menilai tingkat kepercayaan suatu penelitian sehingga dapat diaplikasikan secara sesuai ke pasien yang tepat.

EBM terdiri dari 3 komponen utama, yakni penelitian yang bermutu, ekpertise klinis, dan preferensi pasien. Ketiga komponen ini dinilai dengan prinsip Visibility, Importance, dan Applicability (VIA). Penerapan VIA dalam menilai penelitian berbasis EBM dapat dilakukan dengan berbagai macam tools. Tools yang paling terkenal adalah **yang dikembangkan oleh Universitas Oxford, bernama OCEBM Critical Appraisal Tools. Tools ini bersikan pertanyaan-pertanyaan yang dapat digunakan sebagai pedoman untuk menilai sebuah penelitian. Pertanyaan-pertanyaan tersebut juga sudah disesuaikan dengan berbagai desain studi sehingga penilaian dapat dilakukan secara spesifik.

Sebagai seorang peneliti, kita harus selalu proaktif dalam mengkritisi penelitian yang ada. Jangan selalu percaya dengan penelitian yang dipublikasikan, tidak terkecuali pada jurnal yang besar. Menerapkan EBM saat meneliti merupakan kebiasaan baik yang harus ditanamkan. Oleh sebab itu, jangan berhenti untuk terus berpikir kritis karena tidak semua penelitian dapat dipercaya.

Critiquing

Referensi gambar: Grainger A. (2021). Critiquing a published healthcare research paper. British journal of nursing (Mark Allen Publishing)30 (6), 354–358. https://doi.org/10.12968/bjon.2021.30.6.354

Referensi

Baker M. (2016). 1,500 scientists lift the lid on reproducibility. Nature533(7604), 452–454. https://doi.org/10.1038/533452a

Grainger A. (2021). Critiquing a published healthcare research paper. British journal of nursing (Mark Allen Publishing)30 (6), 354–358. https://doi.org/10.12968/bjon.2021.30.6.354

Lowe D. (2022). Faked Beta-Amyloid Data. What Does It Mean? [Internet]. Science. https://www.science.org/content/blog-post/faked-beta-amyloid-data-what-does-it-mean

OCBM. Critical Appraisal Tools. Oxford University. https://www.cebm.ox.ac.uk/resources/ebm-tools/critical-appraisal-tools