Fabrikasi Data: Jurus Andalan Hadapi Hasil Mengecewakan

19 Agustus 2022

Fabrikasi Data: Jurus Andalan Hadapi Hasil Mengecewakan

Fabrikasi data adalah praktik pemalsuan data dalam pembuatan penelitian. Tindakan ini adalah sebuah kecurangan yang berdampak pada tercemarnya lingkungan saintifik. Meskipun begitu, tetap banyak peneliti yang melakukannya. Kenapa peneliti mau melakukan hal tersebut?

Menurut meta-analisis berjudul “How Many Scientists Fabricate and Falsify Research?”, sebanyak 33% dari para peneliti melakukan tindakan fabrikasi data. Mungkin Anda berpikir bahwa 33% bukan porsi yang besar, masih ada 66% peneliti yang jujur, kan? Ternyata, sebagian peneliti tidak jujur ini menghasilkan 80% penelitian dari seluruh paper! Artinya, karena ulah 33% peneliti yang curang, 80% dari penelitian yang dipublikasi bersifat meragukan dan tidak dapat direproduksi. Itu artinya, orang-orang jujur yang tergabung dalam porsi 66% peneliti hanya memproduksi 20% dari total paper.

Meta-analisis tersebut menunjukkan satu kesimpulan menarik: peneliti yang memfabrikasi data penelitiannya memproduksi lebih banyak paper dibandingkan peneliti lain. Fabrikasi data akan membuat penelitian lebih mudah, hasil yang dapat diprediksi, dan memiliki signifikansi yang tinggi. Selanjutnya, sang peneliti akan lebih banyak mendapatkan publikasi, lebih mudah naik jabatan, sering diundang ke banyak konferensi, dan dikenal banyak orang. Tidak heran, fabrikasi data menjadi jurus andalan bagi pada peneliti untuk menghadapi hasil penelitian yang mengecewakan.

Mungkin Anda berpikir, “Bukannya para peneliti tersebut malah menghasilkan penelitian yang meragukan? Mereka pasti tidak akan lagi dipercaya”. Kenyataannya, tidak ada yang peduli. Berapa banyak orang yang akan membaca peneltian orang lain, mereproduksi penelitian tersebut, menghabiskan uang-waktu-tenaga, hanya untuk membuktikan kebohongan seorang peneliti? Hal inilah yang membuat praktik fabrikasi menjadi banyak dan menarik untuk dilakukan.

Hanya ada satu cara untuk menghindari fabrikasi data, yakni dari niat peneliti itu sendiri. Walaupun sudah dikembangkan berbagai sistem deteksi statistik untuk untuk mencari peneliti yang ”berbohong”, namun ide manusia tidak akan ada habisnya. Mereka yang memiliki niat yang jahat, pasti akan terus mencari akal untuk mengambil langkah mudah. Namun, Anda haruslah tetap tegar dan menjunjung tinggi etika dalam penelitian. Jadilah bagian dari 66% peneliti jujur, karena sejatinya, meneliti adalah mencari kebenaran, bukan memunculkan kesesatan. Atau jangan-jangan, angka 33% tersebut juga hasil fabrikasi ya? 🤔

Referensi

  1. Fanelli D. How many scientists fabricate and falsify research? A systematic review and meta-analysis of survey data. PLoS One. 2009 May 29;4(5):e5738. doi: 10.1371/journal.pone.0005738. PMID: 19478950; PMCID: PMC2685008.