Jurnal Predator: Memangsa Peneliti Naif

21 September 2022

Jurnal Predator: Memangsa Peneliti Naif

Publikasi adalah suatu kewajiban bagi akademisi. Sudah menjadi pengetahuan umum bahwa untuk kenaikan pangkat, jabatan akademik dosen, atau kredibilitas, publikasi merupakan suatu hal yang mendasar. Prinsipnya adalah semakin banyak jumlah publikasi, semakin tinggi kredibilitas akademisi. Sayangnya, publikasi juga bukan hal yang mudah.

Tentunya banyak peneliti yang mengalami kesulitan dalam menerbitkan karya mereka di era persaingan publikasi yang sangat ketat ini. Kebutuhan untuk publikasi tinggi dan ketersediaan publisher yang berkualitas rendah membuat suatu supply and demand mismatch. Dengan adanya hal tersebut, muncul berbagai jurnal predator.

Predator didefinisikan sebagai “–hidup dengan memangsa lainnya” (KBBI). Dalam konteks publikasi, jurnal predator dapat diartikan sebagai jurnal yang memangsa penulis dengan iming-iming “publikasi cepat dan mudah”. Jurnal predator ini umumnya mengklaim sebagai publikasi ilmiah yang valid. Umumnya, jurnal predator mengeksploitasi model publikasi open access dan meminta penulis untuk membayar biaya yang besar untuk pemrosesan artikel (article-proccessing charge), tetapi tidak melakukan revisi, penyuntingan, persetujuan etik, dan pengecekan plagiarisme. Hal ini berbahaya bagi pembaca jurnal maupun kredibilitas peneliti yang mendaftarkan dirinya ke jurnal predator tersebut.

Seorang library scientist yang terkenal dalam investigasinya tahun 2008 tentang jurnal predator, Jeffrey Beall, telah menyusun daftar jurnal predator yang dikenal dengan nama Beall’s List. Daftar tersebut dapat diakses melalui alamat berikut https://beallslist.net. Sayangnya, jurnal tersebut sudah tidak diperbaharui dan masih banyak jurnal predator lainnya yang belum tersaring.

Satu studi pada tahun 2018 menunjukkan bahwa sejumlah 5% dari 46.000 peneliti di Italia, pernah mempublikasikan di jurnal yang masuk ke dalam Beall’s List.

Apakah ada satu daftar jurnal predator yang paling pasti? Sayangnya belum ada. Investigasi yang melahirkan Beall’s List berhenti pada tahun 2017 karena mengalami tuntutan hukum oleh jurnal yang ada di dalam daftar tersebut dan dikritik kurang transparan. Setelah itu, muncul investigasi lain oleh Cabells yang menghasilkan Cabells' Predatory Reports, dijual dalam bentuk langganan berbayar. Directory of Open Access Journals (DOAJ) juga memiliki daftar jurnal yang dapat dipercaya, tapi sebagian jurnal tersebut ternyata tergolong predator di dalam daftar Cabell dan Beall. Kita perlu sadari bahwa sulit untuk menentukan mana yang predator dan mana yang bukan.

Permasalahan menentukan siapa yang predator ternyata cukup kompleks, dan kita bisa menilai sendiri melalui sifat-sifat jurnal predator berikut:

  1. Klaim tidak realistis

Jurnal predator umumnya memberikan klaim yang tinggi tentang kredibilitas dan data publikasinya bahkan sampai tidak realistis!

  1. Tidak mencantumkan rekam jejak publikasi

Jurnal yang autentik umumnya memiliki sebuah sistem yang memungkinkan penulis untuk mengunggah, melacak proses publikasi mereka, dan mengetahui timeline publikasinya. Jurnal predator biasanya meminta penulis untuk mengirimkan manuskrip dalam email, sehingga memungkinkan untuk jurnal predator ini untuk membuat timeline yang tidak realistis.

  1. Tidak transparan dalam proses peer-review

Beberapa jurnal predator menolak untuk membocorkan data tentang proses peer-review mereka meskipun telah dikontak secara pribadi oleh penulis.

Nah, jika kita ragu apakah jurnal yang anda tuju merupakan jurnal predator atau tidak. Anda dapat mengecek secara pribadi kesahihannya di database, seperti PubMed atau Scopus, cek kesahihan kontak pada jurnal tersebut, serta cek kembali beberapa detail, seperti biaya pemrosesan, proses peer-review, dan editor. Jika masih ragu, maka Anda sebaiknya berdiskusi dengan sejawat akademisi yang sebidang, terutama yang telah publikasi pada jurnal tersebut.

Referensi

  1. Grudniewicz A, Moher D, Cobey KD, Bryson GL, Cukier S, Allen K, Ardern C, Balcom L, Barros T, Berger M, Ciro JB. Predatory journals: no definition, no defence.
  2. Bagues M, Sylos-Labini M, Zinovyeva N. A walk on the wild side: “Predatory” journals and information asymmetries in scientific evaluations. 2019 Mar. 48(2):462–77. Available from: https://www.sciencedirect.com/science/article/abs/pii/S0048733318300945?via%3Dihub