Self-Citation: Trik Mendulang Popularitas di Dunia Penelitian

27 September 2022

Self-Citation: Trik Mendulang Popularitas di Dunia Penelitian

Sebagai seorang peneliti, Anda pasti senang jika penelitian Anda bermanfaat bagi banyak orang. Salah satu tolok ukur kebermanfaatan ini adalah jumlah penelitian yang menggunakan hasil penelitian Anda dalam penelitian mereka. Hal ini disebut sebagai citation (sitasi). Ketika orang lain mensitasi penelitian Anda, itu artinya penelitian Anda memiliki impact (efek) pada dasar penelitian mereka. Entah dalam bentuk ide, metode, dasar teori, atau referensi bacaan.

Jumlah sitasi suatu penelitian akan sejalan dengan popularitas penelitian tersebut, dan lebih lagi popularitas penulisnya. Apa saja keuntungan memiliki penelitian dengan jumlah sitasi yang tinggi? Pertama, penelitian Anda akan lebih mudah ditemukan dalam mesin pencarian jurnal. Akibatnya, penelitian Anda akan lebih banyak dibaca dan semakin mungkin menambah sitasi. Kedua, penelitian Anda akan memiliki efek pada perkembangan ilmu di bidang yang Anda tulis. Tidak jarang, penelitian yang memiliki sitasi yang tinggi dapat dijadikan sebagai dasar teori untuk penelitian lanjutan. Terakhir, manfaat yang paling besar dapat dirasakan oleh sang penulis itu sendiri. Dalam lingkup institusinya, penulis akan mendapatkan nilai yang lebih pada penelitian yang mendapatkan sitasi. Hal ini akan menyebabkan penulis menjadi lebih mudah naik jabatan, dan otomatis memiliki impact yang lebih besar pada institusinya. Sementara itu, di lingkup internasional, penulis akan mendapatkan popularitas yang besar, terutama di bidang yang ia tulis. Penulis akan mendapatkan tawaran sebagai pembicara seminar internasional, kolaborasi penelitian internasional, hingga menduduki jabatan-jabatan startegis di organisasi peneltiian internasional.

Semua keuntungan di atas tentu membuat banyak peneliti tergiur bukan? Oleh sebab itu, banyak peneliti yang mencari cara meningkatkan jumlah sitasi penelitiannya secara cepat. Salah satu yang dilakukan adalah dengan mensitasi dirinya sendiri. Tindakan ini dinamakan self-citation. Tindakan ini merupakan tindakan yang belakangan ini sangat populer di kalangan peneliti dunia, terutama untuk bisa meningkatkan jumlah sitasi dengan cepat.

Bayangkan bila Anda telah memiliki 8 publikasi. Di publikasi Anda yang ke-9, Anda melakukan self-citation pada 8 artikel terdahulu Anda. Maka, dalam satu waktu, Anda bisa mendapatkan 8 sitasi sekaligus! Bagaimana nantinya ketika Anda akan mempublikasi penelitian Anda yang ke-10? Anda bisa mendapatkan 9 sitasi sekaligus! Tentu angka yang sangat menggiurkan karena rata-rata peneliti di dunia mungkin hanya memiliki 2-5 sitasi pada masing-masing penelitian yang mereka publikasikan.

Seberapa sering praktik ini dilakukan? Anda bisa lihat grafik di bawah ini. Menurut suatu paper yang diterbitkan di Nature tahun 2019, persebaran self-citation sangat beragam. Menariknya, Indonesia termasuk dalam negara dengan jumlah peneliti yang sedikit, namun dengan jumlah self-citation lebih dari 30%. Ini artinya bila seorang peneliti di Indonesia telah mempublikasikan 10 penelitian, 3 diantaranya mungkin memiliki self-citation.

Apa dampak buruknya? Sejauh ini, belum ada dampak signifikan self-citation. Tindakan ini juga masih menjadi perdebatan. Di satu sisi, ada pendapat yang mengatakan bahwa tindakan ini merupakan hal yang lumrah, apalagi bila peneliti ingin mensitasi metolodologinya sendiri. Di sisi lain, tindakan ini mendapatkan kecaman karena seolah-olah sang peneliti dianggap tidak mensintasis ilmu secara maksimal.

Bagaimana pendapat Anda?

Self-citation angka

Referensi

  1. Noorden RV, Chawla DS. Hundreds of extreme self-citing scientists revealed in new database. Nature [Internet]. 2019 Aug 19;572(7771):578–9. Available from: https://www.nature.com/articles/d41586-019-02479-7