Jangan Membaca Penelitian Hanya dari Abstrak Saja

30 Oktober 2022

Jangan Membaca Penelitian Hanya dari Abstrak Saja

Fungsi dari sebuah abstrak adalah untuk memberikan gambaran singkat dan ringkasan dari sebuah penelitian. Melalui perspektif ini, tidak ada alasan untuk meragukan bahwa apa yang muncul dalam abstrak mencerminkan keseluruhan metode, hasil, dan interpretasi penelitian. Namun kenyatannya, abstrak dapat “oversimplified” dan salah menggambarkan temuan penelitian, sehingga menyesatkan atau tidak konsisten. Hal ini kita kenal dengan kata 'spin' yang juga dapat hadir di berbagai penelitian bidang kesehatan. Maka dari itu, membaca abstrak saja perlu berhati-hati dan tidak dapat digunakan sebagai dasar untuk membuat keputusan klinis.

Para peneliti yang telah melihat masalah spin pada abstrak mengidentifikasi beberapa masalah spesifik yang memiliki implikasi penting bagi pembaca artikel penelitian. Pertama, terkadang rekomendasi klinis dalam abstrak tidak selaras dengan hasil penelitian. Misalnya, para peneliti mungkin menemukan bahwa kekuatan tungkai bawah berkorelasi negatif dengan intensitas nyeri pada pasien dengan nyeri punggung, sehingga kemudian merekomendasikan dalam abstrak bahwa dokter perlu memberikan latihan penguatan tungkai bawah untuk pasien mereka.

Kedua, abstrak dapat menjadi sumber bias publikasi. Sebuah studi dapat mengukur banyak hasil, tetapi studi yang berkualitas baik umumnya akan menentukan satu hasil utama dan kemudian mendasarkan kesimpulan pada temuan hasil utama mereka. Namun, dalam abstrak, terkadang peneliti dapat menyertakan hasil positif atau yang paling menarik saja agar pembaca membeli full-text jurnal tersebut. Editor di Annals of Oncology menemukan bahwa sepertiga dari hasil uji coba penelitian pada jurnal tersebut menuliskan hasil positif pada abstrak, meskipun hasil tidak ditemukan manfaat yang signifikan secara statistik. (Baca: Bias Publikasi: Pentingnya studi dengan hasil yang negatif)

Ketiga, abstrak dapat memberikan rekomendasi meskipun memiliki risiko bias yang tinggi. Misalkan pada studi intervensi A lebih efektif daripada intervensi B, pembaca perlu membuat penilaian tentang seberapa andal informasi yang tertulis dan seberapa besar keyakinan atau kepercayaan akan hasil penelitian tersebut. Di sinilah risiko bias menjadi penting untuk dicantumkan penulis agar pembaca dapat mengetahui besaran bias studi. Maka dari itu, terdapat dua masalah yang dapat muncul pada abstrak, yaitu (1) peneliti dapat membuat rekomendasi dalam abstrak tanpa memperhitungkan risiko bias, dan (2) pembaca tidak dapat melihat & menilai risiko bias hanya dari informasi yang minim pada abstrak.

Kenyataannya adalah bahwa pembaca tidak dapat mempercayai bahwa informasi yang muncul dalam abstrak mencerminkan temuan penelitian. Lebih jauh lagi, abstrak tidak mengandung informasi yang cukup untuk dapat menilai risiko bias. Hal ini menunjukkan bahwa menggunakan informasi hanya dari abstrak dapat menyebabkan implementasi penilaian klinis yang tidak efektif atau bahkan berbahaya.

Sebagai kesimpulan, abstrak tentunya layak untuk dibaca, sebab melalui abstrak Anda dapat memutuskan apakah Anda perlu membaca teks lengkapnya. Maka dari itu, abstrak dapat menjadi solusi untuk menyaring apa yang tidak layak diikuti lebih lanjut. Namun, abstrak bukanlah dasar yang baik untuk membentuk kesimpulan yang bermakna atau untuk membuat keputusan klinis.

(Baca 50% Penelitian tidak Dapat Dipercaya)

Referensi:

  1. Pitkin RM, Branagan MA, Burmeister LF. Accuracy of data in abstracts of published research articles. Jama. 1999 Mar 24;281(12):1110-1.
  2. Subramanyam RV. Art of reading a journal article: Methodically and effectively. Journal of oral and maxillofacial pathology: JOMFP. 2013 Jan;17(1):65.